Saturday, December 5, 2009

doa ketika hujan


- kepada yang mengerti

i.
anak-anakku duduk di hujung tangga
memerhati hujan yang beralun mendendangkan suara basah
musim tengkujuh
anak-anakku duduk memerhati
alir air yang berkumpul menjadi lopak besar
lopak harapan lopak masa depan
berpuluh hari aku tidak mendaki bukit
memasuki kebun getah
tiba-tiba menjadi penganggur di tengah redup musim
terasa rintik hujan seperti pusau menikam
esok lusa persekolahan bermula
manakah baju manakah kasut mereka, tanya isteriku perlahan
dan suara itu hampir tenggelam diramas suara hujan

sedang di atas rumah masih ada yang meminta susu
mencuri ubi rebus
mereka anak-anakku kelaparan dibalut hujan
esok, apakah hujan akan berhenti
dan mentari menyinari
aku hanya berdoa di celah lebat hujan
berikanlah aku waktu memasuki kebun getah
demi susu sepatu dan baju sekolah anak-anakku
demi lopak harapan mereka
janganlah sekeruh air itu

tak siapa datang bertanya
atau berhenti memerhati
bagaimana kami memanaskan nasib
di bawah serkup tengkujuh
bukan seperti tahun-tahun dulu
ada saja yang datang bertamu, membawa senyum
dan kampit beras
ini sedekah, kata mereka
dan isteriku senyum menatap mukaku
rupa-rupanya sehabis hujan berhenti
ada pilihanraya
mereka datang lagi dengan senyum dan tangan terbuka
mereka datang membawa sepatu dan baju
mereka datang membawa gambar dan poster
mereka datang agar aku dan isteriku dapat menyelematkan
nasib mereka

hujan bertalu menghimpit
langit digulung awan dan kabut
pastinya tak akan ada yang mahu bertanya
tak akan ada yang mahu melihat
mereka sudah meratah gulai kemenangan
mata meliar kepala mengangguk tersenyum takjub
"menang besar", kata kawanku di kedai kopi
aku hanya senyum
kerana kopiku minum kubayar sendiri

ii.
apakah aku hanya mampu berdoa
mengeringkan nestapa
atau inilah musim-musim cabaran
hidup sebagai petani, kecil, dan terpencil
suara dan diriku hanya menjadi penyelamat
nasib dan kuasa mereka

tanpa pisau penoreh dan kebun getah
anak-anakku bakal terhumban
ke selat keciciran ke tasik kegagalan

rupa-rupanya hujan kali ini bukan aku sahaja yang berdoa
di celah hujan di celah bingit air
merekapun membuka suara berdoa dan berdoa
selamatkan kuasa dan kedudukan
selamatkan pengaruh dan pengikut
selamatkan masa depan

apakah mereka lebih nestapa dari nasibku
menggelapar dalam goda kuasa rencat pengaruh
dan kali ini mereka benar-benar merasa sakitnya hujan
beratnya awan dan bimbang segala topan dan gelora melanda
sakitnya hujan
sudah kurasakan bertahun-tahun
beratnya topan dan gelora sering menjamah jantung isteri dan
anak-anakku
dan doa mereka kali ini berat dan asyik sekali
mengharap turunnya kesenangan
meminta datanglah mentari cerah menjilat air
nestapalah mereka yang ingkar
mengurung kekayaan milik rakyat

sakitnya hujan kali ini
singgah di jantung singgah di urat nadi mereka

iii.
anak-anakku masih duduk di hujung tangga
melihat hujan melihat kolam air
alangkah baiknya dalam doa mereka
meminta hujan berakhir dan panas menjelma
agar aku dapat turun ke kebun
menyusun harapan bagi anak-anakku
menjelang tahun baru
alangkah baiknya, mereka berdoa
selamatkanlah aku dan teman-teman
yang saban tahun di bawah tengkujuh
menghitung luka dan derita

apakah dalam doapun
aku ini tidak bermakna untuk mereka?
cuma ketika pilihanraya tiba mereka datang meminta-minta
menyelamatkan nasib dan kuasa mereka

aku dan isteriku
serta teman-temanku
siapakah kami di mata hati
di mata fikirmu

alangkah...
Share this article :

0 comments: