Friday, April 11, 2008

april

No comments:
1 april 1946 edward gent menjadi gabenor
raja itu rakyat dan rakyat itu raja

kita telah lalui april keramat
dengan bara dengan suara perjuangan
kita telah mematahkan sejuta ketakutan
kita telah memilih untuk melangkah membadai gelombang
kita bersatu memijak batu-batu penindasan
mendongak ke angkasa mencari cahaya keberanian
kita telah memilih untuk berjuang
untuk menangis dan berdoa dengan suara milik bersama
untuk berpanas dan berhujan dengan ikrar kebebasan
untuk maruah kita

dan kini kita terlalu jauh terpisah dengan april keramat itu
masih adakah bara masih adakah suara
masih adakah keberanian mematahkan ketakutan
atau, ketika mendongak ke angkasa
kita tidak temui apa-apa

atau sebenarnya april ini menjelma dengan garis hitam
kita kembali menangis
kita kembali berdoa
kita kembali memijak batu-batu kekecewaan
kita kembali mengusung nestapa meneguk air kepayahan
kita semakin kecil dan terpisah
alangkah

april ini masih april keramat
mari tajamkan bilah maruah
mari kita bangkit dari debu
Continue Reading...

Wednesday, April 9, 2008

sesudah gelombang

No comments:
masih terdengar desah angin
masih terdampar sarap dan puing
bertaburan bergumpalan bergelimpangan
masih belum pulang burung-burung
tiada siulan tiada kicauan hanya terdengar desah angin
sarat menikam

sesudah gelombang segalanya menjadi sepi
yang ada hanya di perdu langit gumpalan awan hitam
berat dan menakutkan
apakah gelombang akan menebarkan sayapnya
sekali lagi?

ketika melalui denai yang penuh batu-batu
cebis-cebis pohon yang patah dimamah angin
tanah yang heret air dari bukit yang jauh
jalan ini semakin sempit dan menakutkan
ketika bersua dengan teman yang masih kukenali
ia tak lekas menyapa dan tidak jua memandang ke muka
barangkali hatinya dicengkam dukalara atas kehilangan itu
atau aku yang sudah bertukar wajah menjadi orang asing
semuanya menjadi begitu sepi
dan ia melangkah menuju batu-batu yang ditinggalkan arus
sesudah gelombang, benarkah kita tak mampu lagi bersahabat?

kepada siapa ingin kubertanya
tentang kematian, kehilangan atau siapa yang masih tinggal
gelombang itu terlalu banyak memusnahkan apa yang pernah
menjadi milik kita
kita kehilangan kebun dan ladang
kita kehilangan pasar dan gedung
kita kehilangan tanah dan bukit
kita kehilangan tasik dan sungai
kita kehilangan teratak dan surau
kita kehilangan orang-orang tersayang
terlalu sepi hari ini, dan terlalu gelap langit di atas kepalaku

sesudah gelombang
terlalu banyak sarap dan puing
batu-batu yang dicampakkan air
pohon-pohon rebah dan patah dikoyak angin
keasingan merebut segalanya
kepunahan membalut segalanya

langit di atas sana semakin gelap
angin semakin berhembus kencang
mau apa lagi kita ini?
Continue Reading...