Sunday, July 22, 2007

sajak 2 : fajar kuala lumpur

1 comment:

fajar april itu menjelma dengan garis merah
embun pagi entah kenapa begitu cepat keringnya,
bara dan panas menusuk-nusuk sukma
membelah tangkai rasa
edward gent berdiri dengan pedang di pinggang
memerhati union jack yang bergulung di puncak tiang
ada bara benci menyelinap di tangkai kalbu
detiknya telah tiba

mana rimba yang perlu digondolkan
mana bijih yang perlu ditakungi
mana emas perlu digali
mana lagi tanah yang belum kuinjaki
mana yang mahu bangkit menentang
raja-raja mereka tangannya telah kurantai besi
mereka menjadi pengemis di bumi sendiri

di angkasa matahari menebarkan cahaya panasnya
kelibat para sultan masih tiada
sang gabenor mengangkat sumpah
tiada sultan menjadi saksi
union jack bergulung di puncak tiang
hatinya meraung membelah langit kuala lumpur

bangsa ini sudah mula bermain api
ini Melayu benar-benar menempah bara
terasa pedang di tangannya penuh darah

kuala lumpur digegar tempik dan sorak
station hotel yang sepi bertukar menjadi laut manusia
lelaki-lelaki bersongkok berlilit kain putih menjeritkan suara
ini sebuah perkabungan
ini sebuah penindasan
ini sebuah penipuan
inggeris itu sudah kemabukan kuasa
marilah ambil darahku
marilah belah jantungku
jangan kauambil tanahku
jangan kauambil raja-rajaku

daulat tuanku dilaungkan menerjah cakerwala
hidup melayu digemakan membelah langit
wanita-wanita selendangnya basah oleh airmata
gembira dan sayu bercantuman bersama panas mentari
sultan masih bersama rakyat
tak ada siapa bisa menggugat
pemuda-pemuda menjeritkan sumpah keramat
perjuangan kita baru bermula
bersatu, mari kita rempuh malayan union

gema suara berdentuman membelah kuala lumpur
raja-raja menatap rakyat penuh sayu
hanya airmata yang mengalir melukiskan gundah kalbu
rakyat dan raja bersatu di benteng terakhir
kuala lumpur menjadi saksi
gelora semangat bangsa bangkit mengharung perjuangan
seorang pemuda gagah bersuara
ini bumiku bumi tanah tumpah darahku
jangan kauambil tanahku
jangan kauambil raja-rajaku
jangan kauambil maruahku


Continue Reading...

sajak 1 : malam terakhir

No comments:

-kepada pejuang-pejuang


pada malam itu gigil menggelapar ke puncak langit
bintang-bintang seperti berhenti mengerdip
anak-anak tidur tanpa selimut
wanita-wanita melabuh selendang hujungnya basah
entah kali ke berapa airmata itu mengalir dan diusap jua

pemuda-pemuda di pintu bersandar memandang ke malam hitam
cerita-cerita pedih mengalir perlahan menyelinapi jantung
raja-raja dipaksa menandatangani perjanjian
esok akan menjelma seorang gabenor
mengangkat tajamnyapedang malayan union
bangsaku selamanya akan menjadi hamba
melarat dan meraung dalam kawah inggeris

bapa-bapa di tengah balai tenggelam dalam resah pekat
berpandangan seketika sedang mata dihentak gusar
mana bangsaku
mana negeriku
mana agamaku
manakah masa depan

tak pernah ada malam sehitam ini
angin pun berhenti mendesah langit begitu sepi
kesenyapan menerpa mengigit tangkai kalbu
amat sunyi sekali
penghulu yang berdiri menghadap tangga terganggu alur rasanya
benarkah esok tanah ini masih milikku lagi?

di kuala lumpur kongres tadi pagi penuh semangat dan emosi
bara perjuangan telah dinyalakan, bangsaku tiada pilihan
sederap melangkah marilah kita berpegang tangan
mari kita bersatu memijak batu-batu penindasan
gema suara tunku ab rahman dan datuk onn bersilih ganti
marilah kita lepaskan rantai yang mengikat
ini pesan keramat meramas onak yang menikam

malam semakin larut
dengan resah yang semakin berat
suara tunku kembali memulas tangkai emosi
suara datuk onn kembali memangkas tangkai hati
suara kongres kembali mencakar tangkai akal
pemuda-pemuda bingkas membetulkan songkok di kepala
wanita-wanita meramas hujung selendang yang basah
bapa-bapa merenung tajam ke hutan malam
bersatu
suara itu tiba-tiba bergema

Continue Reading...

Friday, July 20, 2007

aku akan menulis tentang kemerdekaan ini

No comments:
aku tidak punya cara lain untuk meraikkannya
tetapi kemerdekaan ini begitu besar maknanya
begitu mahal harganya begitu tinggi kedudukannya
aku dibesarkan dalam alun merdeka
menyedut udara dan dewasa bersama angin merdeka
memijak tanah, mendaki bukit, mengharung sungai,
dan segala-galanya aku bergerak atas nama kemerdekaan
aku perlu meraikannya dengan cara terdaya oleh akal dan batinku
dengan pengalaman, ilmu yang dapat kugenggam dalam sebuah perjalanan
sari kehidupan, inti jiwa, gelodak rasa ia barangkali bermakna
untuk menyatakan pada tanah dan bumiku
aku bangga menjadi anakmu

aku akan menulis tentang kemerdekaan ini
sebagai ingatan kecil manusia kerdil
perkongsian dan ingatan
bersama teman-teman warga bumi bertuah ini

barangkali catatan yang bakal kunukilkan
hanyalah debu-debu berterbangan
tetapi walau sekecil manapun erti kemerdekaan ini
amat besar dan bermakna bagi diriku

50 sajak-sajak kemerdekaan
ini hasratku ini impianku
untuk tanahku untuk bumiku
Malaysia

untuk bangsaku untuk wargaku
merderka!!!!!!
Continue Reading...

pahlawan

No comments:
pamitan
pahlawan negara
demi bakti demi pertiwi
kalian adalah perwira
demi tanah tercinta
pahlawan
ya tuhan, cucuri rahmatmu
ke atas roh mereka

pahlawan
pahlawan
pahlawan
pahlawan
pahlawan
pahlawan

alfatihah
Continue Reading...

Tuesday, June 19, 2007

nafas

No comments:
sememangnya aku sering begini
ketika larut matari membawa kereta sorongku
ke tengah ngauman kota
mencari sisa-sisa rezeki yang bisa
memberi nafas pada anak-anak dan isteriku
kalau aku merintih
untuk apa? matari tak bisa bangkit kembali malam ini
aku mesti mara ke hari depan
mara ke dalam keriuhan kota
inilah kotaku yang merdeka
memberi aku semangat untuk meneruskan kehidupan
barangkali kaumelihat ini dengan acuan hidupmu
kautak bisa mengerti
aku pengungsi di sini
menjadi pencari antara ribuan pencari
menukar masa sudah dengan seribu nekad
kata orang ibu kota lebih zalim dari ibu tiri
namun, kausaksikan sendiri saban hari
akan tiba warga baru mencari
permisi aku harus pergi
jagungku perlu kuhabiskan malam ini
aku tak bisa pulang dengan saku kosong
aku tak betah menatap airmata anakku
kau bisa mengerti
sekarang?

jakarta jun 5 2007
Continue Reading...

Tuesday, February 20, 2007

setelah segalanya tiada

No comments:
kehilanganlah yang menjadikan segalanya serba berubah
kelaziman menjadi terhenti pada noktah yang tidak terduga
sepasang mata itu sirna dan tak akan bercahaya lagi
segala yang ditumpahkan pada kertas kasih sayang pun kering
ada bekas yang tertinggal namun masa akan memudarkannya
kesan kesepian memaksa untuk memulakan rencana baru
melakar peta baru mengukir potret baru
banyak pula yang terambil dari kertas hidup ini
nota-nota yang dicatatkan menghimpun detik bahagia atau nestapa
dan mengosongkan kamar emosi dari hiasan-hiasan peristiwa
bukanlah mudah
kepahitan meskipun tersembunyi akan terasa di lidah pengalaman
kehilanganlah yang menjadikan segalanya serba berubah
dan terasa betapa bermakna dan mahalnya pohon sejarah
ranting, pohon, akar, pucuk dan dedaunnya disebut-sebut
dengan penuh sanjung
sesudah ia bergelimpangan dan tidak lagi bermaya
sesudah ia tidak mampu lagi memberi apa-apa
kitapun menjahit kata-kata menyarung namanya
dengan benang penghargaan
kerana kekosongan dan kehilangan itu begitu memberat
sesudah melihat bekas dan jejaknya di tanah

setelah segalanya tiada
kita memulakan pencarian
mencari yang tiada
Continue Reading...

Friday, January 19, 2007

taman

No comments:
mereka akan mencabut bunga-bunga itu
dari taman ini
dan menggantikannya dengan batu-batu
seorang tukang sapu bertanya
mengapa bunga secantik itu perlu dibuang
ah, aku benci melihat bunga-bunga itu
menari-nari ketika ditepis angin
tidak seperti batu-batu itu
selamanya diam.
Continue Reading...

Tuesday, January 16, 2007

ketika memikirkan hujan ...

No comments:
aku terkenang panas petang
angin lembut yang membawa hangat padang
warna-warna jingga di kaki langit
debu-debu pasir yang berterbangan
anak-anak yang berlari mengejar belalang
petang yang selalu mengingatkan aku
malam bakal menjelma dengan kegelapannya

kita mesti mencari kekuatan
ketika bumi begitu sejuk dan murungnya alam
hujan yang menambat kita di sini, untuk mengenang nasib semalam
memikirkan tentang esok penuh kemungkinan
alam sedang bersabda kepada kita
marilah menafsir makna kebasahan ini
tiba-tiba kita kehilangan mentari
kita tidak bebas dan terkurung di bawah kepak resah
sering kita mendengar berita derita teman-teman yang jauh
hari ini kita menatap dan memegang tangannya
ya, marilah kita merenung lebih jauh
ke dalam air yang keruh ke dalam dasar diri kita
ke dalam lubuk hidup kita ke dalam sanubari kita
hebatnya dugaanmu Tuhan
menguji kami

kita jangan cepat tertikam duri kepayahan
aku tahu betapa kekuatan semakin menipis
menjadikan kita tidak berdaya
membelit keyakinan menjadi sekecil pasir
jangan begitu teman
bangkit dan bernyanyilah sambil menunggu
hujan berakhir

ah, kita pun semakin menyedari
ketika berlindung di bawah jambatan, berdiri di perabung rumah
tersangkut di tingkat bangunan
menunggu diselamatkan
kita sedar
siapa seharusnya dianggap teman
siapa yang perlu dimuliakan
siapa yang ingin berkongsi dan sama menelan
pedih ini

ketika memikirkan hujan
banyak yang berapungan di muka air

teman-teman, tabahlah
meminum keperitan ini
Continue Reading...

Saturday, January 13, 2007

pesan pada burung

No comments:
saddam baca puisi, beri makan burung selama ditahan
- Robert Ellis


marilah, kuhidangkan potong-potong roti
makanlah semahumu
janganlah merasa segan padaku
katakan pada teman-temanmu
hari ini kau makan roti bersama sang presiden

kauperlu sihat dan gagah
agar kepakmu menjadi lebih kuat
dan terbanglah tinggi-tinggi ke kepul awan
tetaplah setiap inci negeri ini
esok hari ceritakanlah padaku
apakah hidup rakyatku semakin bahagia
sesudah aku mereka sumbatkan di sini
atau di setiap lorong, selain sepi batu-batu dan garing hangat pasir
masih ada bayang-bayang kematian
menunggu
sedang kata mereka, negeriku
sudah disiram hujan kebebasan

terbanglah semahumu
bukankah di sini tanah kelahiranmu
antara gurun dan alir sungai
tanah itu milikmu
terbanglah kerana kau masih ada harga diri
demi iraq, jangan kautinggalkan negeri ini

kalaupun aku telah pergi
kaumasih menjadi saksi
kebebasan kita
Continue Reading...

Friday, January 12, 2007

nota kematian

No comments:
kepada sahabat di bumi parsi

kerana di situ
tak ada tangis rayu anak-anakmu
tak ada denyut nadi cucu-cucumu
tak ada darah datuk nenekmu
tak ada daging dan tulang belulang keturunanmu
tak ada manusia yang kauanggap manusia
kauhantar kapal perang kebangaanmu
kauhantar bala tentera keangkuhanmu
kauhantar bedil kebencianmu
kauhantar kematian buat mereka
kerana kaumerasa kau menjadi tuhan
untuk alam ini
untuk mereka

kerana di situ
kaumahu bangunkan mahligai demokrasi acuanmu
harganya perlukan besar pengorbanan,katamu
kematian hanya sementara
akan lahir mentari bahagia
akan mengalir sungai makmur
di atas tanah itu
lalu kau lebih tenteram menatap kehuru-haraan
lebih bahagia melihat penderitaan
lebih nikmat melihat kesakitan
akan terhibur hatimu
kerana mereka bukan manusia yang kauanggap manusia
dan dengan dakwat penamu
kau setiap hari menulis nota kematian itu
satu demi satu
satu demi satu
kaumerasa kau menjadi tuhan
untuk alam ini
untuk mereka

bukankah, kau mahu menjadi lelaki terbaik
untuk alam ini
dengan membuang derita mereka
dari panas tangan tirani
di atas pasir ini, jangan ada lagi benih tirani
kematian bukan disengajakan
tetapi melengkapkan peradaban mereka


nota kematianmu masih panjang dan berjela
kauakan menulisnya setiap detik

hah, kau ini siapa sebenarnya?
Continue Reading...

Monday, January 8, 2007

dialog merdeka

No comments:
HASSAN : Dari mana kau Milah?

MILAH : Dari rumah Mak Cik Leha. Ramai orang kat sana. Seronok dia cerita pasal kita nak merdeka.

HASSAN : Seronok saja tak cukup Milah. Semangat kena ada. Ini bukan benda main-main. (Merenung Milah) Eh, biasanya aku lihat kau bukan main bergaya lagi. Mana pergi gelang kau?

MILAH : Tak ada bang...

HASSAN : Tak ada? Mana perginya? Ajaib sungguh. Kau bukan main sayang lagi dengan benda tu.

MILAH : Kerana sayanglah benda tu dah tak ada.

HASSAN : Lain macam aje cakap kau ni... Kau marah aku?

MILAH : Saya tak pandai macam abang, macam Mak Cik Leha. Abang boleh cakap pasal merdeka. Semua orang dengar, semua orang suka. Saya tak reti itu semua.

HASSAN : Habis, apa kena mengenanya gelang dengan merdeka tu pulak.

MILAH : Saya dah jual bang. Sebab saya sayang gelang tu, saya jual.

HASSAN : Tak menyesal?

MILAH : Saya akan menyesal kalau tak jual gelang tu. Saya tengok semua orang buat apa saja. Ada jual pisang nak tolong tunku cari wang pergi ke London. Jadi saya jual gelang, saya derma untuk bantu tunku. Hanya itulah sumbangan yang saya dapat buat, bang. Kita nak merdeka bang. Bukan ada peluang lain, hanya kali ini aje. Salahkah saya buat begitu??

Hassan : Tak salah Milah. Tak salah....
Continue Reading...